Ada yang bilang: "Wahai orang-orang cerdas, jangan berdebat dengan orang bodoh, karena orang-orang lain kebingungan membedakan yang mana sesungguhnya yang bodoh. Bisa-bisa banyak orang keliru menilai dirimulah yang bodoh."
Kutipan di atas itu benar, sayangnya di kalangan orang-orang bodoh tersebar juga nasehat senanda: "Wahai orang-orang yang bodoh, jangan berdebat dengan sesama orang bodoh, akan tampak jelas bahwa kalian sama-sama bodoh. Berdebatlah dengan orang cerdas, maka kamu bisa jadi dianggap cerdas juga jika orang cerdas itu mau melayani debatmu."
Nah, rupanya nasehat kedua inilah yang paling laku. Lihatlah di media-media yang sering dipertontonkan kepada kita, mereka yang tidak punya keahlian dimunculkan ke publik sementara mereka yang memiliki keahlian dibiarkan "duduk manis" dalam makna tidak diberikan kesempatan.
Pelawak dan penyanyi sudah menjadi penceramah, sementara kiai dan ustadz yang alim "dipaksa" menjadi pendengarnya. Akan lebih parah lagi jika kiai dan ustadz itu beralih profesi menjadi pelawak dan penyanyi ya. Saya ingat kata-kata almarhum KH. Zainuddin MZ: "Singa itu tempatnya di hutan. Maka ia menjadi raja hutan yang berwibawa dan titahnya menjadi tuntunan. Ketika singa berpindah tempat ke kebun binatang, ia tak lagi menjadi raja hutan, melainkan menjani tontonan lucu."
Dunia kita memang dunia unik. Hanya yang sadar dan waspada yang tetap berjalan di atas nilai kewajaran, kepantasan dan kebenaran.
Salam, AIM