Kamis, 12 Februari 2015

Takwanya Itu Di Sini

قال تعالى :
{هُوَ أَعلَمُ بِمَنِ اتّقَى}
Allah berfirman: "Dia lebih tahu tentang orang yang bertakwa."

Salah satu pesan di balik informasi ayat di atas adalah bahwa urusan hati, batin, dlamir, atau kalbu manusia adalah urusan Allah. Allah yang tahu hakikatnya, bukan manusia. Karena itu maka jauhilah kebiasaan menilai tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. Hal ini bisa jadi menjerumuskan diri kita pada dua dosa besar: merasa diri lebih baik dan menghina serta merendahkan orang lain. Dua virus ini bisa menjalar dan beranak pinakkan dosa-dosa lainnya.

Jubah dan sorban bukanlah dalil pasti keimanan dan ketakwaan sebagaimana jenggot dan dahi hitam juga bukan indikator resmi tingginya keberagamaan seseorang. Bukankah orang kafir di tanah Arab banyak juga yang berjubah dan bersorban? Bukankah orang-orang atheis pun banyak yang berjenggot? Rasulullah bersabda: "takwa itu di sini," sambil mengarahkan jari telunjuknya ke dadanya. Ya, takwa adalah urusan hati. Hati adalah urusan Allah.

Kalaulah indikasi lahiriah seseorang itu menyalahi aturan agama, hal itu bukan untuk dicaci, dihina dan disebarkan kesalahan serta dosanya, melainkan agar didoakan dan dibimbing untuk menjadikan dia kembali ke jalan kebaikan. Orang yang dihina sangat mungkin suatu saat bertaubat dan kemudian menjadi kekasih Allah, sementara orang yang terlanjur melontarkan hinaan kemanakah ia akan menarik kembali dan bagaimanakah caranya melakukan permintaan maaf?






Salam, AIM