Melaksanakan sunnah harus sesuai dengan waktu, tempat dan keadaan. Sekarang banyak yang semangat melakukan sunnah tapi tidak mengetahui kapan waktu yang tepat untuknya. Modal semangat tanpa didasari dengan keilmuan.
Syekh merasa terganggu konsentrasinya. Gerakannya terlalu sering hingga mengganggu fokus.
"Nak, tolong sudahi siwakanmu itu. Kamu mengganggu konsentrasi saya," kata syekh kepada murid tersebut.
"Hai, syekh! ini sunnah nabi. Apakah kamu mengingkari sunnah?" jawabnya dengan suara meninggi semangat.
Syekh diam dan terkejut atas jawaban tadi.
"Nak, mencabut bulu ketiak itu juga sunnah, apakah kamu akan mencabutinya di majelis ini juga?"
Seisi ruangan tertawa. Ia akhirnya malu.
Ini akibat dia kurang wawasan akan sunnah. Tidak melihat waktu dan tempat. Keadaannya bagaimana.
Ilmu adalah dasar dalam melaksanakan sunnah dengan baik.
-Habib Ali al-Jufri
Syekh Muhammad al-Ghazali (1917-1996)
Saya ingat cerita Syekh Muhammad al-Ghazali. Suatu ketika beliau menyampaikan kuliah. Duduklah salah satu murid tepat didepan beliau duduk. Murid itu setiap waktu bersiwak. Ia terus menggerakkan siwak dimulutnya, kekanan kekiri dan terus menerus. Sesekali ia biarkan siwak itu menempel dimulutnya, lalu ia kembali bersiwak dan menggeraknya dengan tangan kekanan dan kekiri.Syekh merasa terganggu konsentrasinya. Gerakannya terlalu sering hingga mengganggu fokus.
"Nak, tolong sudahi siwakanmu itu. Kamu mengganggu konsentrasi saya," kata syekh kepada murid tersebut.
"Hai, syekh! ini sunnah nabi. Apakah kamu mengingkari sunnah?" jawabnya dengan suara meninggi semangat.
Syekh diam dan terkejut atas jawaban tadi.
"Nak, mencabut bulu ketiak itu juga sunnah, apakah kamu akan mencabutinya di majelis ini juga?"
Seisi ruangan tertawa. Ia akhirnya malu.
Ini akibat dia kurang wawasan akan sunnah. Tidak melihat waktu dan tempat. Keadaannya bagaimana.
Ilmu adalah dasar dalam melaksanakan sunnah dengan baik.
-Habib Ali al-Jufri