Sabtu, 14 Februari 2015

Jangan Baca Ihya Ulumuddin Sendirian

"Jangan baca Ihya Ulumuddin sendirian"

demikian pesan yang diterima Syaikh Mustafha Maraghi (Syaikh al-Azhar dekade 1920-an dan Ahli Tafsir terkemuka di masanya) dari Syaikh Muhammad Abduh, pesan tersebut beliau terima saat berpamitan dan memohon doa restu gurunya Syaikh Muhammad Abduh, untuk menjalankan amanah baru sebagai Qodhi (hakim) di negara Sudan.

Saat ditanya alasan tidak bolehnya menelaah kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali seorang diri, Syaikh Muhammad Abduh menyebut satu persatu Ulama dan Cendekiawan Muslim berikut dengan kelebihannya masing-masing, dari Ibnu Sina, al-Farabi, sampai Ibnu Rusyd.

"Lantas bagaimana kedudukan Abu Hamid al-Ghazali diantara Ulama dan Cendekiawan yang guru sebutkan tadi?" tanya al-Maraghi muda.

Syaikh Muhammad Abduh kemudian menjawab,

"Kelebihan-kelebihan yang ada dalam pada para Ulama dan Cendekiawan yang saya sebutkan tadi terkumpul pada sesosok Imam al-Ghazali (rojulun fii daairotil al-ma'arif)."

Syaikh Muhammad Abduh seolah ingin menegaskan, membaca karya seorang ulama ensiklopedis yang menguasai lintas disiplin ilmu sekaliber Imam al-Ghazali, harus dibarengi dengan wawasan keilmuan yang luas, atau menela'ah bersama-sama dengan satu kumpulan orang yang masing-masing pakar pada disiplin ilmu-ilmu tertentu.


(dinukil dan diterjemahkan dari buku kecil terbitan Majlis A'la Kementrian Wakaf Mesir, seharga satu pound)







Ust. Muhammad Rifqi Arriza