Minggu, 05 Mei 2013

Secuil Syubhat Yang Menghalangi Doa


PENYEBAB DOA TAK TERKABULKAN

“Jangankan yang Haram, Secuil Syubhat pun sudah Cukup Membuktikan”

Usai menunaikan ibadah haji, Sayyiduna Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsha. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terletak dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim bin Adham memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Masjidil Aqsha.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham tiba di Masjidil Aqsha. Seperti biasa, ia lebih memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa dengan khusyuk. Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

“Itu Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah Swt”, kata malaikat.

“Tetapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak karena 4 bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Haram,” jawab malaikat yang satu lagi.

Ibrahim bin Adham terkejut sekali dan terhenyak. Jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah Swt. hanya gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal ‘adzhim” Ibrahim bin Adham beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Sesampainya di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda.

“4 bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Ke mana ia sekarang?” tanya Ibrahim bin Adham.

“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma”, jawab pemuda itu.

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan?” Kemudian Ibrahim bin Adham menceritakan peristiwa yang dialaminya. Anak muda itu mendengarkannya dengan seksama.

“Nah, begitulah. Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa izinnya?” kata Ibrahim bin Adham setelah bercerita.

“Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya”, jawab pemuda itu.

“Di mana alamat saudara-saudaramu? Biar saya temui mereka satu persatu.”

Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka. Setelah jumpa dengan mereka akhirnya semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim bin Adham.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada di bawah kubah Sakhra. Tiba-tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap.

“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain”, kata malaikat.

“Oh tidak, sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas”, kata malaikat yang satunya lagi.